Dari jauh, saya menerima foto-fotonya hari ini. Beberapa hari lalu saya menyertainya dalam sejumlah kegiatan. Tapi karena hari ini saya berada di luar daerah untuk urusan keluarga, saya hanya bisa menyaksikan dari kejauhan bagaimana dia berpamitan dengan para pegawai di lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Luwu Timur.
Bagi saya, Akbar Andi Leluasa bukan sekadar sahabat dekat, lebih tepatnya, sudah seperti saudara sendiri. Saya mengenalnya bukan hanya sebagai pemimpin, tetapi sebagai sosok yang selalu memperlakukan semua orang dengan hormat, tanpa memandang jabatan, strata, atau kedudukan.
Mengingat dia, saya teringat dengan tulisan Bill George dalam bukunya Authentic Leadership: Rediscovering the Secrets to Creating Lasting Value. Dalam buku itu, Bill George menekankan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang memimpin dengan kejujuran, integritas, dan ketulusan, bukan karena ambisi, tetapi karena panggilan hati untuk melayani. Pemimpin otentik tidak hanya mengambil keputusan dari belakang meja, tetapi hadir langsung di tengah-tengah orang yang mereka pimpin.
Dan itulah yang saya lihat dalam sosoknya. Hari ini, dalam kunjungan terakhirnya ke sejumlah SKPD, dia tidak datang sebagai pejabat yang hanya ingin menyelesaikan masa tugasnya. Dia datang sebagai seorang pemimpin yang ingin berpamitan dengan penuh penghormatan kepada mereka yang telah bekerja bersamanya. Dia tidak sekadar menyampaikan pidato formal, tetapi berbicara dari hati ke hati.
Saya melihat foto-foto di mana pegawai menyambutnya dengan wajah ceria, berebut ingin berswafoto, seolah ingin menyimpan kenangan terakhir bersama pemimpin yang selama ini selalu dekat dengan mereka. Tapi di akhir pertemuan, ada air mata yang jatuh. Mereka sadar, ini adalah hari-hari terakhir bekerja bersama seseorang yang selama ini tidak hanya memimpin, tetapi juga menjadi bagian dari mereka.
Bagi saya, inilah esensi kepemimpinan yang sesungguhnya. Kepemimpinan bukan hanya tentang kebijakan atau proyek-proyek besar, tetapi juga tentang bagaimana seorang pemimpin bisa meninggalkan jejak dalam hati orang-orang yang pernah bekerja bersamanya. Dan saya yakin, hari ini dia telah meninggalkan jejak itu, bukan hanya dalam catatan administrasi pemerintahan, tetapi dalam ingatan dan perasaan mereka yang telah merasakan kepemimpinannya.
Masa baktinya boleh berakhir, tapi kepemimpinannya tidak akan pernah benar-benar selesai. Sebab, pemimpin yang otentik tidak hanya diingat karena jabatannya, tetapi karena ketulusan dan nilai-nilai yang telah ditanamkannya. Dan Akbar Andi Leluasa, sahabat saya, telah membuktikan itu.
(AMZ, MTos/11 Februari 2025)