PERSPEKTIF

Di Balik Tambang Raksasa, Ada Usaha Kecil yang Tercekik

×

Di Balik Tambang Raksasa, Ada Usaha Kecil yang Tercekik

Sebarkan artikel ini

Pagi di Malili. Di sebuah warung kopi di sudut jalan, obrolan mengalir seperti biasa. Tentang cuaca, pertandingan bola semalam, hingga kabar proyek-proyek tambang yang terus berkembang.

Tapi di sela tawa, terselip satu kalimat yang membuat semua terdiam:

“Kami ini cuma jadi penonton di rumah sendiri.”

Kalimat dari seorang kontraktor lokal itu mungkin terdengar sederhana, tapi mencerminkan kenyataan yang tak mudah. Pelaku usaha kecil semakin sulit bersaing dalam sistem yang belum sepenuhnya memberi ruang untuk bertumbuh.

Salah satu persoalan utama terletak pada sistem tender, khususnya prinsip penawaran harga terendah. Dalam praktiknya, sistem ini sering kali menjadi penghalang bagi kontraktor lokal. Proyek bernilai kecil pun harus diperebutkan dengan persyaratan teknis yang sebanding dengan proyek-proyek besar.

Usaha kecil, dengan peralatan terbatas dan tenaga kerja seadanya, nyaris tak punya peluang. Mereka harus menawar serendah mungkin demi bisa bersaing, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas kerja dan kesejahteraan pekerja.

Sementara itu, perusahaan besar mampu tetap untung walau menawarkan harga rendah. Mereka punya skala ekonomi, proyek banyak, dan sumber daya besar. Bagi kontraktor lokal, satu proyek kecil bisa jadi penentu hidup-mati usaha mereka.

Selama ini telah ada upaya pembinaan dan fasilitasi pelaku usaha lokal. Namun, untuk menciptakan perubahan yang lebih sistemik, diperlukan langkah yang lebih tegas dan berpihak seperti Peraturan Daerah yang mengatur keterlibatan pengusaha lokal dalam proyek-proyek tambang.

Di sisi lain, perusahaan tambang juga diharapkan ikut berbenah. Sistem tender yang semata-mata berlandaskan harga terendah sudah saatnya ditinjau ulang. Ada banyak aspek lain yang tak kalah penting seperti dampak sosial, pemberdayaan lokal, dan kesinambungan ekonomi masyarakat sekitar.

Bukan berarti meninggalkan prinsip efisiensi, tetapi memberi ruang agar pelaku lokal bisa tumbuh bersama, bukan hanya menjadi pelengkap.

Di warung kopi itu, kisah-kisah kecil terus bergulir. Dan semoga suatu hari, cerita tentang pengusaha lokal bukan lagi tentang bertahan, tapi tentang berkembang dan memimpin di tanah sendiri.

Karena ketika regulasi berpihak dan sistem lebih adil, pembangunan bukan hanya soal angka, tapi juga soal keadilan.

 

Malili Pagi, 17 Mei 2022

AMZ