Di sudut desa yang asri, Desa Wanasari, geliat pertanian modern dan tradisional berpadu harmonis. Dengan luas persawahan padi mencapai 461 hektar, desa ini tetap menjadikan padi sebagai komoditas utama.
Upaya diversifikasi pertanian yang diambil oleh masyarakat telah membawa Wanasari menjadi salah satu desa yang dikenal sebagai penghasil melon dan semangka tanpa biji.
Tak hanya itu, sektor peternakan dan pemanfaatan pekarangan rumah turut menopang ketahanan pangan lokal dan meningkatkan pendapatan warga.
Kolaborasi Pondasi Keberhasilan
Kesuksesan Desa Wanasari tak lepas dari peran aktif semua pihak, mulai dari petani, kelompok wanita tani (KWT), hingga pemerintah desa. Kelompok Wanita Tani menjadi motor penggerak pemanfaatan pekarangan rumah.
Dengan prinsip “tanam apa yang dimakan dan makan apa yang ditanam,” mereka menanam sayur-sayuran seperti cabai, tomat, terong, dan kacang tanah di halaman rumah.
Aktivitas ini tidak hanya mencukupi kebutuhan keluarga, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada bahan pangan dari luar desa.
Di sisi lain, para petani yang tergabung dalam kelompok tani mengembangkan semangka dan melon tanpa biji di lahan sawah mereka.
Kepala Desa Wanasari, I Wayan Sardika, menjelaskan, “Beberapa warga mengganti padi dengan semangka karena masa panennya lebih cepat, hingga empat kali setahun, dibandingkan padi yang hanya dua kali. Keputusan ini telah terbukti memberikan keuntungan ekonomi yang lebih besar.”
Peternakan dan Pengelolaan Limbah
Tak hanya mengandalkan pertanian, peternakan menjadi bagian penting dari diversifikasi. Desa ini memiliki empat kelompok penggemukan sapi dengan total 50 ekor sapi dan 10 kandang kambing dengan 100 ekor ternak.
Limbah kotoran ternak dimanfaatkan sebagai pupuk kandang organik, menggantikan sebagian kebutuhan pupuk kimia. Upaya ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mengurangi biaya produksi pertanian.
Kunci Keberhasilan Adalah Gotong Royong
Kepala Desa Wanasari, I Wayan Sardika, mengungkapkan rasa bangganya atas kemajuan desa. Keberhasilan ini adalah hasil dari kolaborasi masyarakat, pemerintah desa, dan dukungan pemerintah daerah.
Gotong royong menjadi kekuatan kami. Petani sawah tetap menjadi prioritas, tetapi keberhasilan sektor hortikultura dan peternakan menunjukkan bahwa diversifikasi membawa manfaat besar.
Peran ibu-ibu tani juga sangat signifikan, karena merekalah yang menjaga kestabilan pangan di tingkat rumah tangga.
Menuju Desa Mandiri Pangan
Melihat keberhasilan ini, Desa Wanasari terus mengembangkan inovasi di bidang pertanian dan peternakan. Dengan dukungan penuh dari masyarakat dan pemerintah, desa ini diharapkan berkelanjutan, konsisten dan nyata meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kolaborasi lintas sektoral yang telah terbangun menjadi fondasi kuat untuk mewujudkan desa mandiri pangan dan ekonomi yang berkelanjutan.