Soppeng– Hujan deras yang mengguyur Kecamatan Lilirilau sejak Sabtu malam (5/7/2025) kembali memicu banjir di sejumlah titik langganan, termasuk Paroto, Ujung, Cabbeng, dan Marossa. Air merendam jalan poros provinsi dan lahan pertanian warga dengan ketinggian hingga sepaha orang dewasa bahkan lebih, terutama pada puncaknya sekitar pukul 00.00 WITA tadi malam.
Seorang petani jagung yang ditemui di perbatasan Desa Paroto hanya bisa menghela napas saat menatap hamparan tanaman jagung milik warga.
“Sebagian sudah panen, tapi banyak yang baru tanam. Kalau begini terus, bisa gagal lagi,” ujarnya dengan nada muram.
Warga makin resah karena banjir kali ini terjadi saat curah hujan belum mencapai puncaknya. Berdasarkan prakiraan mereka, intensitas hujan tertinggi di wilayah ini diperkirakan terjadi pada pertengahan Juli hingga Agustus.
“Kalau hujan semalam saja sudah seperti ini, bagaimana nanti kalau puncaknya datang?” tanya seorang ibu rumah tangga di Dusun Marossa.
Wilayah Lilirilau memang dikenal sebagai dataran rendah yang kerap menjadi tempat tumpukan aliran sungai Walanae yang meluap dan air dari perbukitan.
Data BPBD mencatat, banjir telah menjadi bencana tahunan di Desa Paroto, Ujung, Pajalesang, dan Cabbenge. Pada Mei 2024, banjir serupa merendam puluhan bahkan ratusan rumah serta memicu kerusakan di lahan jagung dan kebun warga. Tahun-tahun sebelumnya, kondisi serupa terus berulang tanpa solusi permanen.
“Yang kami bisa, cuma bersiap tiap tahun,” ucap seorang warga Paroto dengan mata lelah.